"BUAT apa nyontreng? Nanti kalo sang caleg terpilih dan dia korupsi, kita ikut bertanggungjawab moral dong?"
"Mau nyontreng nama caleg gak ada yang kenal. Mau nyontreng partainya, nanti suara yang masuk dijadikan ajang KKN, ya udah contreng aja semua..."
DUA kalimat di atas dicukil dari puluhan, bahkan ratusan kalimat yang beredar jelang pemilu legislatif, Kamis (9/4). Ungkapan pesimistis terhadap kualitas caleg untuk duduk di kursi DPR/DPRD/DPD bak bola salju. Termasuk di milist-milist yang ramai dikunjungi bikers.
Para pengguna sepeda motor (bikers) sedari awal hajatan pemilu yakni kampanye terbuka, sudah menyemarakkan pesta lima tahunan itu. Tengok aja peserta konvoy di jalan-jalan. Banyak pengendara motor yang ikut terlibat. Bahkan, tidak sedikit yang berboncengan tanpa menggunakan helm di kepalanya.
Ya. Bikers memang peduli kampanye. Walau kemungkinan sekadar berharap uang pengganti bensin atau nonton artis yang muncul di panggung kampanye. Ironis.
Hingga kini, bikers yang diidentikkan dengan masyarakat ekonomi kelas dua, justru dijadikan instrumen unjuk kekuatan. Makin ramai konvoy, makin senang partai atau calegnya. Mereka terlihat memiliki konstituen yang membludak.
Ironisnya, masih saja ditemui pelanggaran lalulintas oleh peserta kampanye yang berkonvoy di jalan raya. Bahkan, tidak sedikit yang mengabaikan unsur keselamatan berkendara (safety riding). Berboncengan lebih dari dua orang dan tanpa memakai helm.
Meski di wilayah Kepolisian Daerah Polda Metro Jaya, menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya AKBP Chryshnanda, jumlah kendaraan yang terlibat kecelakaan, yang dikena tilang, dan yang mendapatkan teguran pada 2009 menurun dibandingkan tahun 2004.
Pada kanpanye 2009, kata dia, seperti dilansir Antara, jumlah kendaraan peserta kampanye yang melanggar lalu lintas sebanyak 8.421 unit.
Dari jumlah itu, sebanyak 4.642 kendaraan dikenai tilang sedangkan 3.779 kendaraan diberikan teguran.
Sebagian besar yang kena tilang adalah para bikers.
Data yang penulis peroleh, populasi sepeda motor hingga tahun 2009, mencapai sekitar 40 jutaan unit. Artinya, paling sedikit ada 20 juta orang dewasa yang notabene punya hak suara. Soal apakah mereka menggunakan hak suaranya atau tidak, tidak ada data yang valid. Namun, dari ilustrasi di atas, bikers memang potensial bagi pencari suara. (edo)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.