Info : Silahkan klik di SINI untuk membaca artikel versi wordpress dari Edo Rusyanto

Selasa, 02 Juni 2009

Naik 21%, Bikers Tewas Akibat Kecelakaan

foto: edo


INILAH tragedi di jalan raya Jakarta. Jumlah pengendara sepeda motor (bikers) yang tewas sepanjang Januari-Mei 2009 naik 21,4%. Mengenaskan!
Kenaikan tersebut jika dibandingkan dengan korban tewas pada periode sama 2008.
Perlu diingat, angka-angka tersebut baru secuil dari kecelakaan yang tercatat. Penulis mengolah data yang dipublikasikan dalam berita terkini situs milik Polda Metro Jaya. Bagaimana dengan yang tidak tercatat? Boleh jadi angkanya bisa lebih besar. Mengerikan!
Pada periode lima bulan pertama 2009, jumlah yang tewas sebanyak 34 bikers, sedangkan periode sama 2008 sebanyak 28 jiwa. Korban meninggal dunia mencapai 25% dari total korban kecelakaan, sedangkan tahun lalu mencapai 19,3% dari total korban kecelakaan.
Lalu, bagaimana dengan korban luka parah dan luka ringan? Inilah angka-angkanya. Korban luka 102 (2009) dan 117 (2008). Total korban kecelakaan pada Januari-Mei 2009 sebanyak 136 bikers, menurun 6,2% dibandingkan 145 bikers pada periode serupa tahun lalu.
Dari keseluruhan korban kecelakaan di jalan, bikers yang meninggal sebanyak 49,2% dari total korban tewas sepanjang Januari-Mei 2009. Sedangkan bikers yang luka mencapai 102 orang atau setara dengan 42,3% dari total korban luka. Pada Januari-Mei 2009, total korban kecelakaan mencapai 310 orang dengan rincian 69 tewas dan 241 luka-luka.

Safety Riding

Haruskah kita berpangku tangan melihat kenyataan yang ada? Apa yang bisa kita perbuat?
Jika kecelakaan dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni sepeda motor sebagai obyek dan sepeda motor sebagai subyek kecelakaan, sepanjang Januari-Mei 2009, kontribusi sepeda motor sebagai obyek sekitar 36,54%, sedangkan selaku subyek kecelakaan mencapai 63,46%.
Pada lima bulan pertama 2009, kategori motor selaku obyek adalah ketika sepeda motor ditabrak mobil pribadi, angkutan umum, dan kereta api. Sementara itu, selaku subyek kecelakaan yakni dimana peran bikers menjadi dominan, misalnya adalah ketika sepeda motor menabrak sesama motor, menabrak separator, terjerembab ke dalam lubang, hingga menabrak mobil.
Pentingnya berkendara yang aman dan selamat (safety riding) tak terbantahkan. Tengok saja ketika kasus kecelakaan yang menyebabkan korban saat bikers memutuskan untuk menyalip kendaraan di depannya. Khususnya saat menyalip mobil terlebih truk. Akibat perhitungan yang kurang matang yakni analisis medan yang kurang jitu, saat menyalip justeru setang motor nyangkut mobil, bikers terpelanting dan terlindas kendaraan lain. Tewas.
Kemampuan menganalisis medan tidak hanya menghitung ruang untuk sepeda motor, tetapi juga apakah di depan sana ada kendaraan dari arah berlawanan atau ada lubang atau tidak. Jika analisis kita yang menggunakan indera mata menyimpulkan risiko lebih besar, lebih baik tidak menyalip kendaraan di depan, terlebih mendahului dari kiri jalan.

Usia Produktif
Kasus kecelakaan di Jakarta dan sekitarnya memakan korban bikers yang masuk kategori usia produktif yakni usia 20-39 tahun. Kelompok usia ini berkontribusi sekitar 72,72% dari total korban kecelakaan. Bayangkan jika korban tersebut adalah tiang ekonomi keluarga. Boleh jadi proses pemiskinan dari jalan raya kian melaju kencang.
Jika korban harus dirawat di rumah sakit atau pengobatan alternatif yang menghabiskan ratusan ribu, jutaan, atau bahkan belasan juta rupiah, artinya keuangan korban dan keluarganya terkuras. Barangkali uang tersebut bisa lebih bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari atau biaya sekolah sang anak. Kondisi finansial keluarga kian terganggu jika korban harus meninggal dunia. Hilang sudah sumber mata pencaharian. Maklum, dari mayoritas korban kecelakaan (82,46%) adalah pria dan 17,54% wanita.
Ketahanan fisik saat berkendara juga harus diperhatikan. Kondisi fisik yang lelah mempengaruhi kemampuan menganalisis medan. Menengok waktu yang sering terjadi kecelakaan, menurut data yang ada komposisinya mencakup 06.00-12.00 (28,85%), 18.00-00.00 (27,88%), lalu 12.00-18.00 (25%), dan 00.00-06.00 (18,27%).
Menilik lokasi kecelakaan, sepanjang Januari-Mei 2009, wilayah Jakarta Selatan menjadi favorit yakni sekitar 45,19%, di belakangnya Jakarta Barat dan Jakarta Pusat masing-masing 18,27%. Lalu Jakarta Timur (8,65%), Jakarta Utara (5,77%), dan lainnya (3,85%).
Haruskah kita rela terus menerus melihat korban sia-sia di jalan raya. Rasanya, kita semua setuju, harus disetop. (edo)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.

Related Posts with Thumbnails
 
Copyright 2009 Edo Rusyanto's Traffic. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan and Arrange by Ian