foto:edo
KAMPANYE menempatkan lajur sepeda motor berada di sisi kiri jalan sempat meruyak beberapa waktu lalu. Kini, semua itu dah sirna. Pengendara sepeda motor di Jakarta sudah enggan menempati posisi tersebut. Mayoritas asyik saling kebut di semua sisi ruas jalan. Bahkan, masuk ke jalur mass rapid transportation (MRT) busway milik Trans Jakarta.
Lajur khusus untuk bus Trans Jakarta itu dianggap menjadi solusi di tengah kemacetan lalu lintas Jakarta. Para pengendara sepeda motor memacu pedal gas di ruas tersebut. Terlebih, di ruas yang memang belum dipakai oleh Trans Jakarta, seperti ruas koridor VII, Pinang Ranti-Pluit.
Sepanjang Januari hingga pertengahan Agustus 2009, sedikitnya 6 pengendara sepeda motor yang tewas dilindas bus Trans Jakarta dan 3 korban luka-luka. Mayoritas korban karena melintas di jalur yang memang peruntukkannya bukan untuk sepeda motor. Jelas-jelas terpampang di mulut lajur busway larangan bagi kendaraan nonTrans Jakarta untuk melintas di situ.
Pengendara sepeda motor memang tidak sendirian, kerap kita jumpai kendaraan angkutan umum dan mobil pribadi seenaknya melintas di busway. Bahkan, sesekali memotong median lajur tersebut. Memalukan.
Beberapa pengendara sepeda motor yang ditemui kedapatan melintas di jalur busway mengaku ‘terpaksa’ masuk jalur tersebut karena malas terperangkap kemacetan di jalur arteri. “Saya buru-buru mas, mengejar waktu agar tidak telat masuk kerja,” papar Wagiman, seorang pengendara di Jakarta Timur.
Moralitas mencari jalan pintas guna mencapai tujuan masih merajalela. Ketidakdisiplinan subur karena mentalitas mencari jalan pintas. Perilaku tersebut buntutnya memicu kecelakaan di jalan, seperti yang terjadi di atas. Enam korban tewas sia-sia dan lainnya luka-luka.
Saking gemasnya terhadap ulah pengguna jalan yang ugal-ugalan masuk ke jalur busway, pengelola Trans Jakarta angkat bicara. Mereka menggelar pembersihan jalur busway dari kendaraan non-Trans Jakarta, di antaranya dengan slogan "Nyerobot Jalur Bus Way? No Way". Operasi gelar selama delapan hari sejak 19 Agustus 2009.
Sistem transportasi Trans Jakarta dibentuk guna mengurai kemacetan dan memberi kenyamanan bagi pengguna moda transportasi massal. Trans Jakarta memiliki jalur khusus dan halte tersendiri dengan sistem modern. Bahkan, pengemudi Trans Jakarta memperoleh gaji bulanan sekitar Rp 2,5 juta. Sistem yang dilahirkan ketika Gubernur DKI Jakarta dijabat Sutiyoso itu, ditargetkan mampu melayani seluruh rute di wilayah DKI Jakarta. Pengembangan busway yang dimulai sejak 2004 juga diharapkan mampu menyokong mobilisasi warga Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) menuju Jakarta. (edo rusyanto)
2 komentar:
Sebenarnya enak banget sih klo lewat shortcut busway bablas tanpa hambatan, namun sayangnya klo udah celaka ga enak bro..hahaha...dasar Indonesia, dikasih enak malah cari yg ga enak..hmmpff..
moralitas jalan pintas malah bikin amblas, he he he...piss akhh...
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.