Info : Silahkan klik di SINI untuk membaca artikel versi wordpress dari Edo Rusyanto

Selasa, 27 Januari 2009

Perjalanan Jakarta-Bandung-Tangkuban Perahu (bagian ketiga):


SUASANA kota Bandung malam itu diguyur hujan. Setelah sepanjang siang istirahat dan berputar-putar kota. Jun beli bahan celana panjang di Pasar Baru, Bandung. Malam itu saya dan Jun bersiap menuju tempat pertemuan (kopi darat/kopdar) Minerva Riders Community (MRC) Region Bandung di Jl Gatot Subroto.
Waktu menunjukkan pukul 20.05 WIB saat kami siap-siap meluncur. Hujan yang mengguyur Bandung membuat laju Vixy merah dan Srigala hitam berkisar di 40-60 kilometer per jam (kpj) saat menelusuri jalan-jalan di kota Bandung. Maklum ruas jalan dari Jl Hegarmanah ke Jl Gatot Subroto masih cukup ramai. Mobil berpelat B (nomor pelat Jakarta) berseliweran di tengah kota. Mobil-mobil itu berpenumpang tua dan muda, rombongan keluarga, pasangan kekasih, hingga sekumpulan teman kongkow, ramai memadati pusat kuliner hingga factory outlet (FO) yang menjajakan pakaian dan aksesoris.
Penelusuran V-ixion dan Pulsar melintas dari Hegarmanah, Sukajadi, Pasupati hingga akhirnya merapat di Bandung Super Mall (BSM) selaku titik kumpul (tikum) penjemputan oleh tim MRC region Bandung. Di tengah hujan yang sudah berubah menjadi gerimis, kami berteduh di depan pos polisi BSM. Sejumlah bikers juga berteduh disitu. Ada tiga petugas polisi yang duduk di pos itu. Peneduh ada yang asyik menghisap rokok, menyeruput minuman ringan bahkan ada yang asyik mahsyuk bercengkerama. Untuk yang ini tampaknya pasangan kekasih, terlihat dari posisi diri yang berhimpitan dan saling berpegangan tangan. Jadi iri.
Usai membuka helm dan membersihkan kacamata yang tersiram air hujan, saya telepon bro Budy, ketua MRC region Bandung. Setelah menyampaikan informasi bahwa posisi di tikum, selang lima menit muncul bro Sansan, menungang Minerva R 150 warna merah. Sansan menyalami saya dan selanjutnya memandu ke tempat kopdar yang sehari-harinya adalah dealer Trimitra Bandung. Penjualan motor Minerva di Bandung ditaksir sekitar 200 unit per bulan.
Jarum jam menunjukkan 20.35 WIB di pelataran parkir berjajar rapih lima minerva R 150, motor yang tongkrongannya mirip Honda CBR itu populasinya kian bertambah. Sepanjang 2008 sedikitnya terjual sekitar 80 ribu unit. Luar biasa. Maklum, motor yang dibanderol Rp 15,5 juta per unit itu, masih diimpor dari Cina.
Di sisi lain halaman dealer juga bertengger dua unit mobil khusus pengangkut motor. Usai melepas jas hujan, helm, jaket, dan safety gear body protector, kami memasuki ruangan lantai dasar dealer. Tampak berkumpul bro Asep dengan pacarnya, bro Sansan dan tiga bikers lainnya. Belakangan datang lagi satu bikers bersama pacarnya, mereka tampaknya sedang asyik membahas atribut MRC. Mereka berniat membuat jaket MRC Bandung. Belakangan, setelah dijelaskan bahwa MRC mengenal satu jenis atribut jaket, mereka mengurungkan niat membuat jaket dengan desain sendiri. Bro Budy memaparkan kondisi termutakhir region Bandung. Hingga sabtu (24/1), pionir MRC Bandung ada 8 orang dengan leader bro Budy. Pria asal Palembang yang sudah menetap sekitar 6 thn di Bandung itu mengaku gemas dengan riders minerva R 150. Menurut dia, banyak riders tapi sedikit yang mau berhimpun di MRC. Kemungkinan penyebabnya adalah ketidaktahuan dan belum ada inspirator yang memobilisasi.
Sisa-sisa udara dingin diguyur hujan menjadi hangat karena perbincangan yang mengasyikan mengenai kehidupan berkomunitas. mulai dari soal atribut, registrasi, HUT, hingga safety riding dan helm cetok. Perbincangan di selingi dengan makan malam berupa nasi timbel plus ayam dan tahu goreng. Kenikmatan bertambah dengan hadirnya lalapan dan sambal.
Perbincangan masih seru ketika jam memasuki pukul 23.30 dan kami berpamitan. Pasalnya, besok (Minggu, 25/1) perjalanan masih panjang. Kembali ke Jakarta. Kami meluncur kembali ke hotel. Hujan sudah reda, hanya gerimis kecil. Tanpa jas hujan, kami menelusuri jalan-jalan kota Bandung menuju hotel. Lumayan dingin. Jalanan kini lebih lengang dibandingkan saat pergi ke Jl Gatot Subroto.
Kami singgah ke Circle K Dago untuk membeli sebungkus rokok dan sebotol air mineral. Di halaman parkir jaringan convenience store yakni toko yang menjual makanan dan minuman untuk dikonsumsi di tempat milik Circle K Stores Inc. Amerika Serikat (AS) itu, tampak sejumlah pemuda yang sedang berteduh. Sementara itu, beberapa calon pembeli juga berdatangan dan silih berganti ke toko yang di Indonesia lisensinya dipegang PT Circleka Indonesia Utama itu. Eksterior dan interior Circle K memiliki satu standar di seantero jagat. Dari sekitar 5.900 toko di dunia, toko di Dago, Bandung itu juga memiliki penampilan yang bersih dan memiliki penerangan yang gemerlap. Maklum, toko yang buka 24 jam itu harus menimbulkan rasa nyaman dan aman. Meski, pada beberapa tahun lalu di Bandung sempat terjadi pengrusakan toko sejenis oleh gank motor yang mengejar lawannya. Saat itu, sang penyerang melihat lawan mereka masuk ke toko sehingga kemudian melempari toko tersebut dengan benda-benda keras.
Dari Circle K kami meluncur ke hotel dan tiba pukul 00.12 WIB. Tiba di pelataran hotel Gran Seriti gerimis masih menerpa wajah. Setelah membersihkan diri saya terlelap saat jam melewati pukul 02.00 WIB. (edo rusyanto/bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.

Related Posts with Thumbnails
 
Copyright 2009 Edo Rusyanto's Traffic. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan and Arrange by Ian