Info : Silahkan klik di SINI untuk membaca artikel versi wordpress dari Edo Rusyanto

Senin, 26 Januari 2009

Perjalanan Jakarta-Bandung-Tangkuban Perahu (bagian pertama):

MALAM masih pekat. Mata masih berat karena kantuk menggelayut di pelupuk mata. Maklum, baru sekitar dua jam mata terpejam. Meski sudah tiba di rumah pukul 23.00 WIB, namun seperti malam-malam lainnya, mata sulit terpejam. guna mengundang kantuk, terpaksa membuka notebook dan menghidupkan internet speedy-nya Telkom. Sempat membalas beberapa email dan browsing sejumlah informasi, akhirnya kantuk datang juga.
Jarum jam menunjukkan sekitar pukul 02.00 WIB ketika Ade Jun, reporter Koran Investor Daily yang bertugas di desk bursa, menelepon ke ponsel saya. Namun, belum sempat terjawab sudah keburu mati. Sontak saya telepon balik. Rupanya dia ingin memastikan titik ketemu dan jam pertemuan.
Sabtu (24/1), pukul 03.00 WIB rencananya saya dan Ade Jun meluncur ke Bandung, Jawa Barat. Inilah perjalanan pertama saya menggunakan sepeda motor ke kota yang berjarak sekitar 220 kilometer dari Jakarta itu.
Semula, perjalanan menuju Bandung itu akan ditempuh sendirian. Setelah mencari teman perjalanan tidak kunjung dapat, tiba-tiba sekitar pukul 22.30 WIB, Ade Jun menawarkan diri untuk menemani. Rupayanya, dia juga ingin ngetes Pulsar hitam 180 cc. Motor teknologi India itu masih berumur beberapa bulan dalam tunggangan Ade Jun yang berperawakan tinggi besar.
Sekira pukul 02.50 WIB kami bertemu di kawasan Arundina, Cibubur, Jakarta Timur. Titik kumpul (tikum) itu hanya berjarak sekitar 2 km dari rumah saya. Ade Jun sedang asyik menikmati sebatang rokok dengan ditemani segelas kopi, ketika saya dengan Yamaha V-ixion merah 150 cc menghampiri dia yang duduk di rombong rokok pinggir jalan.
Kami berkoordinasi mengenai rute dan titik istirahat. Usai konsolidasi dan menetapkan rute yakni Jl Raya Bogor-Cisalak-Simpang Depok-Cilodong-Cibinong-Kedung Halang-Wr Jambu-Baranang Siang-Tajur-Ciawi-Cibogo, kami langsung meluncur sekitar pukul 03.05 WIB.
Di tengah udara malam yang menusuk tulang, terlebih Ade Jun belum sempat tidur sepanjang hari itu, perjalanan dua sepeda motor itu melaju dengan tenang. Baru sekitar 2 km dari tikum, persisnya di lampu merah (lamer) Cibubur, yakni pertigaan Cibubur-Jl Raya Bogor, kami terhalang oleh puluhan para pembalap liar. Puluhan sepeda motor dengan suara knalpot bising menutup jalan raya tersebut. Para pengguna jalan lainnya harus bersabar menunggu mereka start untuk saling balapan. Motor yang terlibat bervariasi mulai jenis bebek hingga sport. Para pesertanya mayoritas anak muda. Ironisnya, mayoritas tidak menggunakan helm, jaket, apalagi sarung tangan. Bahkan, ada yang memakai sandal.
Setelah tersendat oleh kerumuman pembalap liar tadi, kami memacu kecepatan penuh yakni sekitar 80-90 kilometer per jam (kpj).
Selepas Cibubur menuju Pasar Cisalak, perjalanan agak tersendat, karena dinihari itu aktifitas di pasar sayur-sayuran Cisalak sudah berdenyut. Melewati kawasan itu, kondisi jalan amat mulus dengan aspal jalan yang baru dilapis ulang serta ada pelebaran jalan. Sedangkan garis pembatas juga masih terlihat putih cemerlang karena tampaknya baru dicat oleh Dinas PU Pemda Bogor. Praktis sepeda motor bisa dipacu antara 80-90 kpj.

Cakar Ayam Masih Ada
Dari Cibubur ke Cibogo, Bogor, suasana jalan lengang, kendaraan bisa dipacu 80-100/km. Namun, menjelang Ciluar, Bogor, masih ditemui kondisi aspal yang sedang dirapihkan yakni dikeruk dengan alat berat menyerupai tanah yang dicakar oleh ayam makanya disebut cakar ayam. Ada dua cakar ayam yakni di Ciluar dan Kedung Halang. Sepeda motor yang melintas di atas cakar ayam harus memperlambat lajunya jika tidak ingin tergelincir. Kami pun memperlambat dan coba konsentrasi penuh agar tidak oleng. Maklum, sebelum menemui cakar ayam, laju kami masih cukup tinggi. Saat melintas di Baranang Siang, terminal bus Bogor, kami berpapasan dengan konvoy touring asal Jakarta. Selintas terlihat tulisan komunitas sepeda motor matic yang diproduksi PT Astra Honda Motor (AHM). Kami saling memberi salam via klakson dan lambaian tangan. Maklum, kecepatan kami mampu dipacu tinggi karena hanya dua motor, sedangkan mereka saya taksir sedikitnya 15 motor.
Laju sepeda motor agak dikurangi ketika mendekati simpangan Ciawi-Sukabumi. Dari arah Jl Tajur, kami menemui jalan yang bergelombang. Akibatnya, laju motor dikurangi guna menghindari guncangan yang terlalu mengganggu posisi duduk. Hikmahnya, rasa kantuk jadi sedikit terusir karena guncangan tadi.
Sekitar pukul 04.05 kami tiba di stasiun pompa bensin umum (SPBU) nomor 34.16706, Cibogo, Bogor. Kami mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax yang harganya Rp 5.925 per liter. V-ixion merah diisi sekitar 6 liter karena sisa sebelumnya masih ada. Kapasitas tangki 12 liter kini telah terisi penuh. Demikian pula Pulsar hitam. Full tanki.
Guna menghilangkan kepenatan, kami mampir ke toilet, menghisap sebatang rokok, dan minum air mineral. Istirahat dengan menikmati udara malam kami sempat menyasikan rombongan touring dari arah Jakarta maupun sebaliknya. Mulai dari jenis motor bebek, sport hingga choper (motor besar). Dinihari itu, suasana jalan lengang maklum jarum jam menunjukkan sekitar 04.20 WIB, ketika kami meninggalkan SPBU Cibogo. (edo rusyanto/bersambung)

2 komentar:

Unknown mengatakan...

wah belum nyampai bandung tuh kayanya storynya..masih istirahat...
trus jd nyampai ke bdg gag..???...

Edo Rusyanto mengatakan...

tunggu bagian keduanya yah, lebih seru loh

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.

Related Posts with Thumbnails
 
Copyright 2009 Edo Rusyanto's Traffic. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan and Arrange by Ian