Info : Silahkan klik di SINI untuk membaca artikel versi wordpress dari Edo Rusyanto

Minggu, 15 Maret 2009

Laskar Penambal Ban Jakarta

DENYUT kehidupan kota metropolitan Jakarta tak pernah henti. Jakarta seakan tak pernah tidur. Aktifitas warganya bergerak 24 jam. Sebagian masih mengais sisa rezeki di sektor informal hingga dinihari. Di antaranya adalah para penambal ban.
Jasa tambal ban menjadi solusi bagi pengendara motor yang tertimpa musibah. Jumat (13/3), pukul 00.43 WIB, Pak No, masih meringkuk di atas bangku kayu di bawah atap terpal di sebuah gang, tepi Jl Raya Gatot Subroto. Nyamuk berseliweran mencari mangsa yang bisa dihisap darahnya. Di samping pria kelahiran Pekalongan 80 tahun lalu itu, tertera papan bertuliskan 'tambal ban motor'.
Pak No harus bangun ketika saya menyapanya untuk meminta jasa bapak beranak 9 itu. Sontak pria yang gemar berkelana itu memeriksa bocornya ban belakang Yamaha V-ixion keluaran 2008.
Di bawah temaram lampu pijar, ia mulai mengeluarkan aneka kunci dari kotak butut yang ditaruh di atas aspal. Di sampingnya tersedia ember kecil warna hitam yang berisi air separuh air dan pompa angin tangan.
Gerakan Pak No sudah tak secekatan saat muda. Sesekali kunci di tangannya terjatuh. Selain cahaya yang temaram, pandangan Pak No juga tampaknya kurang awas. Pria yang memasang tarif Rp 8 ribu untuk sekali menambal itu, akhirnya tak kuasa meminta bantuanku untuk memasang ban. Belum usai sampai di situ, ia pun meminta bantuan untuk memompa ban. Duh, Pak No, untung saja ketemu pelanggan sabar.
Hampir sekitar 40 menit, rampung juga penggantian ban dalam. Ia mematok Rp 35 ribu untuk ban dalam merek Yokomato, yang belakangan ketahuan merek ban dalam kurang bermutu.
Perlahan meninggalkan tempat praktik tambal ban milik Pak No yang diapit Hotel Crowne Plaza dan Plaza Semanggi, Jakarta Pusat. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.31 WIB.
Belum lagi setengah jam, ketika memasuki kawasan Cijantung, Jakarta Timur, ban belakang yang baru diganti, kempes lagi. Sempat menggerutu dalam hati. Sekitar 3 menit, akhirnya menemui tambal ban. Kali ini tampaknya lebih profesional. Ada kompresor dan alat tambal ban yang dibuat dari bekas setrika listrik. Benar saja, pria berlogat Sumatera Utara yang saya taksir berusia 40-an, dengan cekatan memeriksa ban dalam V-ixion merah. Ia menemukan satu paku menancap di ban belakang. Paku yang tidak ditemui oleh Pak No. Kurang dari 15 menit, proses menambal dituntaskan oleh pria pemilik tambal ban di sisi Jl Raya Bogor dekat Cijantung itu. Dua uang pecahan lima ribu rupiah dikembalikan empat ribu rupiah. Wah lebih murah nih, gumam dalam hati.
Usai mengucapkan terimakasih. Langsung saja tancap gas menuju rumah. Jarum jam 01.15 WIB saat tiba di depan rumah. (ed)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.

Related Posts with Thumbnails
 
Copyright 2009 Edo Rusyanto's Traffic. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan and Arrange by Ian