Pionir para agen tunggal pemegang merek (ATPM) sepeda motor adalah PT Astra Honda Motor (AHM). Pemegang lisensi motor honda itu pertama muncul pada 11 Juni 1971 dengan nama PT Federal Motor. Saat itu, Federal Motor hanya merakit, sedangkan komponennya diimpor dari Jepang dalam bentuk terurai (completely knock down/CKD). Saat berdiri, kemampuan produksi hanya 1.500 unit, namun melesat menjadi 30 ribu unit pada 1972.
Jenis sepeda motor yang diluncurkan pada 1971 adalah Honda C70 bermesin 4 tak 70cc dengan transmisi 3 kecepatan. Saat itu pendiri PT Astra International Tbk, William Soerjadjaja meluncurkan sendiri sepeda motor pionir milik AHM tersebut.
Kebijakan pemerintah yang menetapkan pembuatan komponen harus dari dalam negeri mendorong PT Federal Motor memproduksi berbagai komponen sepeda motor Honda melalui beberapa anak perusahaan. foto: eko hilman
Pada 31 Oktober 2000, PT Federal Motor dan Honda Investment merger menjadi PT Astra Honda Motor (AHM). Penggunaan nama resmi PT AHM dimulai sejak 2001. Selain sebagai ATPM, AHM memiliki aktifitas, manufaktur, perakitan, dan distributor sepeda motor Honda.
Perusahaan yang kini bernaung di bawah Grup Astra International itu memiliki tiga pabrik perakitan. Pabrik pertama didirikan pada 1971 di Sunter I, Jakarta Utara. Melihat perkembangan permintaan, pada 1996 atau setahun sebelum krisis ekonomi melanda
Perusahaan yang 50% sahamnya dimiliki PT Astra International Tbk dan sebesar 50% dikuasai Honda Motor Co., Ltd, Jepang itu, didukung sekitar 14.004 ribu tenaga kerja terampil. AHM bahkan mampu memproduksi sekitar 8.000 unit motor per hari. AHM hingga awal 2008 didukung oleh 1.600 dealer penjual, 3.800 layanan service, dan 6.500 gerai suku cadang di seluruh Indonesia.
Jenis Produksi
Hingga Maret 2009, jenis produksi AHM terdiri atas 9 tipe yang meliputi sepeda motor bebek (underbone) yakni Honda Blade, Honda Absolute Revo 110 (110 cc), Honda Supra X 125 R (125 cc), dan Honda Supra X 125 PGM-FI (125 cc). Kemudian sepeda motor sport yang mencakup Honda Mega Pro (160 cc) dan Honda Tiger (200 dan 250 cc), serta Honda City Sport1 (125 cc). Terakhir, skuter otomatis (skutic) yakni Honda Vario (110 cc) dan Honda Beat (110 cc).
Sejak kehadirannya pada 1971, AHM pada 1996 mencapai produksi ke-5 juta, pada 2003 mencapai produksi ke-10 juta unit, pada November 2007 telah mencapai produksi ke 20 juta, dan menargetkan produksi ke 30 juta unit pada 2010.
Di luar Jepang, selain
Produksi sepeda motor AHM tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Pada 1990, AHM sempat mengekspor Honda Win ke Republik Rakyat Cina. Pada 2008, volume ekspor AHM diperkirakan sekitar 3.000 sepeda motor.
AHM terus berkembang dan didukung oleh belasan ribu jaringan distribusi seantero Nusantara. Di sisi lain, ratusan usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi mitra pemasok komponen. Hingga kini, kandungan lokal sepeda motor Honda mencapai sekitar 90%. Sebagian kecil masih diimpor yakni karburator dan beberapa bagian mesin sepeda motor.
AHM yang menguasai sekitar 46% pangsa pasar sepeda motor di Indonesia juga telah merengkuh berbagai penghargaan. Beberapa di antaranya adalah The Best in Achieving Total Customer Satisfaction dari lembaga riset pemasaran Frotier dan Majalah Swa (2001,2004, dan 2005), penghargaan serupa juga diterima dari Majalah Swa dan Mars (2004 dan 2005), Indonesian Customer Loyalty Award dari Majalah Swa dan Mars (2005), dan The Company With The Best Image dari Frontier.
Pada 2008, penjualan AHM melesat 34,2% menjadi 2.874.576 unit dibandingkan 2007. Tahun 2008, penguasaan pangsa pasar AHM sebesar 46% dari sekitar 6,2 juta unit. (edo rusyanto)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.