KECELAKAAN pasti menyakitkan. Sepekan terakhir penulis mendapati tiga peristiwa kecelakaan terkait konvoy kelompok atau komunitas sepeda motor. Ketiganya memiliki latarbelakang hampir sama. Kecelakaan dipicu faktor eksternal.
Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor eksternal pengendara sepeda motor (biker) bisa berupa lingkungan di antaranya kondisi jalan dan cuaca, serta bisa juga obyek lain yakni manusia atau hewan.
Dua kecelakaan terakhir cukup menarik. Disebabkan oleh obyek manusia yang melintas jalan. Penyeberang jalan yang muncul tiba-tiba di tengah melajunya konvoy kerap menyulitkan bikers untuk bermanuver. Hal itu terbukti ketika teman-teman dari Mailing List Scorpio (Milys) hendak touring ke Lampung, pada pekan kedua Mei 2009. Di tengah jalan, dari sekitar 15 kendaraan, salah satunya terpaksa menabrak penyeberang jalan. “Belakangan kita baru tahu bahwa korban adalah preman yang sedang mabuk,” tutur Bro Sontri, salah satu bikers Milys. Buntutnya, selain akhirnya terpaksa touring ditunda, mereka harus berpatungan mengumpulkan uang guna membiayai korban berobat. Tentu saja, juga harus berurusan dengan pihak kepolisian.
Peristiwa kedua adalah, Sabtu (16/5) pagi yang menimpa konvoy kendaraan motor sport dari
Apapun dalihnya. Konvoy menabrak pejalan kaki menempatkan bikers pada posisi sang tersangka. Ia harus memikul derita, termasuk mengeluarkan sejumlah dana.
Penulis pernah mengalami peristiwa serupa. Kejadiannya malam hari dan harus memikul beban finansial bagi sikorban, walau penulis juga harus menderita luka-luka.
Stigma di masyarakat kita, pejalan kaki tertabrak motor, maka pengendara sepeda motor bersalah. Jika bikers tertabrak mobil, maka pengendara mobil bakal dihakimi ramai-ramai. Walau, sesungguhnya, bisa saja kesalahan dilakukan oleh penyeberang jalan atau bikers.
Pemicu Kecelakaan
Kembali soal kecelakaan saat konvoy. Penulis kerap merasa bahwa peluang kecelakaan saat konvoy atau group riding, lebih besar ketimbang berkendara sendiri (solo riding). Ada beberapa aspek yang bisa memicu kecelakaan.
Pertama, konsentrasi yang berkurang karena ritme perjalanan yang monoton. Pada kasus ini, kecelakaan yang lebih parah bisa diantisipasi dengan pengaturan jarak aman termasuk menerapkan formasi zig zag.
Kedua, rasa lelah. Kondisi fisik yang tidak prima di antara para peserta konvoy bisa memicu kecelakaan lebih besar. Pola untuk mengantisipasinya bisa dengan pengaturan istirahat yang tepat, seperti per dua jam konvoy dihentikan atau diistirahatkan atau memakan permen karet selama berkendara.
Ketiga, tidak disiplin. Dalam setiap konvoy atau group riding, umumnya disusun formasi petugas mulai dari pemimpin rombongan, pembuka jalan, hingga penyapu. Instruksi dari pemimpin rombongan harus ditaati setiap peserta konvoy. Satu saja anggota konvoy mengabaikan instruksi, membuka peluang kecelakaan lebih lebar.
Keempat, aspek eksternal seperti penyeberang jalan atau kondisi jalan serta cuaca hujan yang memicu licinnya permukaan jalan. Fungsi analisis medan setiap bikers peserta konvoy benar-benar diuji untuk mengantisipasi kecelakaan akibat penyeberang jalan yang muncul tiba-tiba. Kehadiran yang sekonyong-konyong membuat bikers melakukan refleks di antaranya mengerem mendadak atau membanting stir ke arah yang dianggap aman. Dalam kasus ini memang cenderung sulit di antisipasi. Termasuk ketika bikers melakukan solo riding. Seorang teman penulis terpaksa kakinya terlindas bus karena kehadiran obyek secara tiba-tiba saat banting stir. Beruntung setelah dilakukan perawatan tradisional yakni diurut, kaki sang kawan kembali pulih. Tidak ada patah tulang.
Hal terpenting ketika konvoy menghadapi kecelakaan adalah rasa tenang. Pemimpin rombongan atau penanggungjawab perjalanan harus mampu menenangkan anggotanya. Tangani korban kecelakaan sebisa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit terdekat.
Jika terpaksa memutuskan untuk meneruskan perjalanan, pastikan kondisi bikers yang terlibat kecelakaan memang benar-benar mampu mengendarai motor. Jika memang kelompok konvoy harus dipecah yakni sebagian tetap melanjutkan perjalanan dan sebagian menangani kecelakaan, pemimpin rombongan harus memiliki kepastian konvoy yang dipecah memiliki petugas konvoy yang kompeten. Pada bagian yang paling buruk, perjalanan bisa ditunda dan seluruh anggota konvoy kembali ke rumah masing-masing. (edo)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.