Industri sepeda motor di Indonesia terus berkembang seiring dengan bertumbuhnya pasar yang sangat pesat dalam lima tahun terakhir ini. Sebagai gambaran, pada 2006 penjualan sepeda motor sekitar 4,4 juta unit kemudian meningkat menjadi sekitar 4,7 juta unit pada 2007 dan bakal berkembang menjadi sekitar 5,8 juta unit pada 2008, sehingga mendorong populasi sepeda motor di Tanah Air menjadi sekitar 43 juta unit. Disisi lain, volume pasar kita tiap tahun di bandingkan dengan negara tetangga di ASEAN masih relatif kecil, jumlah orang yang dapat menikmati perkembangan produk dari industri kendaraan bermotor roda dua ini relatif kecil. Populasi sepeda motor di Indonesia masih berkisar pada 8 orang/unit, sedangkan Thailand dan Malaysia berada masing-masing pada 4 orang/unit dan 3 orang/unit. Ini berarti Indonesia masih mempunyai potensi pasar yang besar untuk berkembang.
Tingginya permintaan sepeda motor di masyarakat kita karena kendaraan tersebut telah menjadi alat transportasi yang andal, efisien dan murah. Di kota-kota besar yang sistem transportasinya masih semrawut sehingga kemacetan merupakan kejadian sehari-hari, sepeda motor masih dianggap sebagai solusi bagi alat transportasi utama yang memadai. Dengan menggunakan sepeda motor, waktu tempuh bisa dihemat, terlebih-lebih konsumsi bahan-bakarnya efisien, selain itu dengan adanya sistem pembiayaan konsumen, harga sepeda motor terjangkau bagi kocek konsumen. Secara keseluruhan biaya operasional sepeda motor jadi lebih murah dibandingkan dengan alat transportasi umum lainnya.
Derasnya permintaan dari konsumen juga tidak terlepas dari agresifnya para agen tunggal pemegang merek (ATPM) mempromosikan produk mereka di berbagai media massa dan memasang reklame di berbagai titik strategis pusat kota. Hal ini menunjukkan bahwa persaiangan antara merek begitu ketat dan masing-masing mencoba untuk menyampaikan pesan keunggulan produknya. Seperti dikemukakan di atas, lembaga pembiayaan konsumen juga gencar menyokong pembelian oleh konsumen, khususnya yang memilih bertransaksi secara kredit dan saat ini telah mencapai 85% dari total pembelian. Dengan semakin majunya pengendalian administratif atas calon konsumen, maka persyaratan kredit dan kecepatan penanganan merupakan salah satu pemicu terus melonjaknya angka penjualan sepeda motor beberapa tahun belakangan ini.
Sebanyak tujuh ATPM yang tergabung dalam Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) kini menguasai hampir 90% pangsa pasar sepeda motor mayoritas menjalin kerja sama dengan prinsipal asal Jepang seperti Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki.
Kehadiran ATPM dengan prinsipal Jepang pada awal 1970-an membawa dimensi lain terhadap bisnis dan pengembangan industri sepeda motor di Indonesia. Total kapasitas yang dimiliki empat ATPM Jepang itu nyaris mendekati 7 juta unit per tahun.
Produk anggota AISI memiliki teknologi dan desain yang menarik konsumen. Selain itu, dengan segudang pengalaman dan bergulirnya waktu, maka penjualan produk para anggota AISI pada umumnya didukung oleh luasnya jaringan pemasaran dan layanan jasa purna jual dan perawatan termasuk ketersediaan suku cadang yang memadai. Hal itu belum mampu ditandingi oleh para ATPM non-anggota AISI yang notabene masih mencari bentuk penetrasi pasar.
Di tengah itu semua, kehadiran komunitas atau klub pengguna sepeda motor menjadi salah satu fenomena tersendiri. Khususnya jika dikaitkan dengan strategi pemasaran para ATPM. Hubungan harmonis antara produsen dan konsumen tidak bisa dibantah bakal menjadi kunci keberhasilan para ATPM melakukan penetrasi pasar.
Kini, upaya ATPM merawat hubungan dengan konsumen salah satunya adalah melalui klub atau komunitas pengguna sepeda motor yang di Indonesia diperkirakan terdapat ratusan bahkan ribuan kelompok pengguna sepeda motor. Hubungan timbal balik yang positif tercipta melalui respons ATPM melalui beragam dukungan, baik material maupun non-material, termasuk pengetahuan mengenai produk dan perkembangan teknologi maupun sosialisasi tentang berkendara dengan baik, selamat, dan aman.
Komunitas pengguna sepeda motor tak bisa disangkal merupakan kelompok konsumen yang loyal pada produk ATPM. Mereka bisa menjadi pemasar yang efektif sekaligus mitra dalam mengembangkan inovasi produk. Para konsumen yang membentuk komunitas suatu produk tertentu pada umumnya memiliki daya kritis terhadap produk yang mereka konsumsi. Analisis terhadap kelebihan dan kelemahan produk menjadi lebih mudah. Walau kadang mencuat subyektifitas yang menempatkan keunggulan di atas kelemahan yang mungkin ada dari produk tersebut. Dengan melihat manfaat-manfaat tersebut ATPM tak bisa begitu saja menelantarkan konsumen mereka.
Buku Industri Sepeda Motor di Tengah Maraknya Klub dan Komunitas Motor karya Edo Rusyanto, wartawan yang sehari-hari bergelut di bidang industri ini, sangat pas membeberkan fakta-fakta fenomena mencuatnya komunitas sepeda motor. Buku ini juga sekaligus menggambarkan interaksi komunitas dengan para ATPM maupun mata rantai lainnya seperti para dealer utama dan dealer-dealer. Sebagai sebuah karya tulis, buku ini layak menjadi bacaan bagi para anggota kelompok sepeda motor maupun para pebisnis terkait dengan industri sepeda motor, termasuk para eksekutif di tubuh para ATPM.
Jakarta, Oktober 2008
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia
Dr.- Ing. Gunadi Sindhuwinata
Ketua Umum
Tingginya permintaan sepeda motor di masyarakat kita karena kendaraan tersebut telah menjadi alat transportasi yang andal, efisien dan murah. Di kota-kota besar yang sistem transportasinya masih semrawut sehingga kemacetan merupakan kejadian sehari-hari, sepeda motor masih dianggap sebagai solusi bagi alat transportasi utama yang memadai. Dengan menggunakan sepeda motor, waktu tempuh bisa dihemat, terlebih-lebih konsumsi bahan-bakarnya efisien, selain itu dengan adanya sistem pembiayaan konsumen, harga sepeda motor terjangkau bagi kocek konsumen. Secara keseluruhan biaya operasional sepeda motor jadi lebih murah dibandingkan dengan alat transportasi umum lainnya.
Derasnya permintaan dari konsumen juga tidak terlepas dari agresifnya para agen tunggal pemegang merek (ATPM) mempromosikan produk mereka di berbagai media massa dan memasang reklame di berbagai titik strategis pusat kota. Hal ini menunjukkan bahwa persaiangan antara merek begitu ketat dan masing-masing mencoba untuk menyampaikan pesan keunggulan produknya. Seperti dikemukakan di atas, lembaga pembiayaan konsumen juga gencar menyokong pembelian oleh konsumen, khususnya yang memilih bertransaksi secara kredit dan saat ini telah mencapai 85% dari total pembelian. Dengan semakin majunya pengendalian administratif atas calon konsumen, maka persyaratan kredit dan kecepatan penanganan merupakan salah satu pemicu terus melonjaknya angka penjualan sepeda motor beberapa tahun belakangan ini.
Sebanyak tujuh ATPM yang tergabung dalam Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) kini menguasai hampir 90% pangsa pasar sepeda motor mayoritas menjalin kerja sama dengan prinsipal asal Jepang seperti Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki.
Kehadiran ATPM dengan prinsipal Jepang pada awal 1970-an membawa dimensi lain terhadap bisnis dan pengembangan industri sepeda motor di Indonesia. Total kapasitas yang dimiliki empat ATPM Jepang itu nyaris mendekati 7 juta unit per tahun.
Produk anggota AISI memiliki teknologi dan desain yang menarik konsumen. Selain itu, dengan segudang pengalaman dan bergulirnya waktu, maka penjualan produk para anggota AISI pada umumnya didukung oleh luasnya jaringan pemasaran dan layanan jasa purna jual dan perawatan termasuk ketersediaan suku cadang yang memadai. Hal itu belum mampu ditandingi oleh para ATPM non-anggota AISI yang notabene masih mencari bentuk penetrasi pasar.
Di tengah itu semua, kehadiran komunitas atau klub pengguna sepeda motor menjadi salah satu fenomena tersendiri. Khususnya jika dikaitkan dengan strategi pemasaran para ATPM. Hubungan harmonis antara produsen dan konsumen tidak bisa dibantah bakal menjadi kunci keberhasilan para ATPM melakukan penetrasi pasar.
Kini, upaya ATPM merawat hubungan dengan konsumen salah satunya adalah melalui klub atau komunitas pengguna sepeda motor yang di Indonesia diperkirakan terdapat ratusan bahkan ribuan kelompok pengguna sepeda motor. Hubungan timbal balik yang positif tercipta melalui respons ATPM melalui beragam dukungan, baik material maupun non-material, termasuk pengetahuan mengenai produk dan perkembangan teknologi maupun sosialisasi tentang berkendara dengan baik, selamat, dan aman.
Komunitas pengguna sepeda motor tak bisa disangkal merupakan kelompok konsumen yang loyal pada produk ATPM. Mereka bisa menjadi pemasar yang efektif sekaligus mitra dalam mengembangkan inovasi produk. Para konsumen yang membentuk komunitas suatu produk tertentu pada umumnya memiliki daya kritis terhadap produk yang mereka konsumsi. Analisis terhadap kelebihan dan kelemahan produk menjadi lebih mudah. Walau kadang mencuat subyektifitas yang menempatkan keunggulan di atas kelemahan yang mungkin ada dari produk tersebut. Dengan melihat manfaat-manfaat tersebut ATPM tak bisa begitu saja menelantarkan konsumen mereka.
Buku Industri Sepeda Motor di Tengah Maraknya Klub dan Komunitas Motor karya Edo Rusyanto, wartawan yang sehari-hari bergelut di bidang industri ini, sangat pas membeberkan fakta-fakta fenomena mencuatnya komunitas sepeda motor. Buku ini juga sekaligus menggambarkan interaksi komunitas dengan para ATPM maupun mata rantai lainnya seperti para dealer utama dan dealer-dealer. Sebagai sebuah karya tulis, buku ini layak menjadi bacaan bagi para anggota kelompok sepeda motor maupun para pebisnis terkait dengan industri sepeda motor, termasuk para eksekutif di tubuh para ATPM.
Jakarta, Oktober 2008
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia
Dr.- Ing. Gunadi Sindhuwinata
Ketua Umum
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.