Sebelum berdirinya para agen tunggal pemegang merek (ATPM), peran importir umum sangat besar dalam memasarkan sepeda motor ke Tanah Air. Sekitar tahun 1960-an, secara teknis, lebih praktis mendatangkan sepeda motor secara utuh (completely build up/CBU) ketimbang membangun pabrik sendiri. Para pedagang mengimpor dan mengedarkan sendiri hingga ke tangan konsumen. Namun, meski kini bermunculan para ATPM, peran para importir umum atau distributor non-ATPM masih aktif, walau tidak sedominan sebelum hadirnya ATPM.
Saat ini, para ATPM sepeda motor asal Jepang merajai penguasaan pangsa pasar di Tanah Air. Empat ATPM penguasa pangsa pasar teratas meliputi PT Astra Honda Motor (AHM) ATPM Honda, PT Indomobil Suzuki International (ISI) ATPM Suzuki, PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) ATPM Yamaha, dan PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) ATPM Kawasaki. Keempat ATPM tersebut menguasai lebih dari 90% pangsa pasar sepeda motor nasional.
Saat ini, para ATPM sepeda motor asal Jepang merajai penguasaan pangsa pasar di Tanah Air. Empat ATPM penguasa pangsa pasar teratas meliputi PT Astra Honda Motor (AHM) ATPM Honda, PT Indomobil Suzuki International (ISI) ATPM Suzuki, PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) ATPM Yamaha, dan PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) ATPM Kawasaki. Keempat ATPM tersebut menguasai lebih dari 90% pangsa pasar sepeda motor nasional.
Era serbuan motor asal Jepang yang semula dibawa oleh para importir atau distributor umum kian redup ketika para ATPM bermunculan di Tanah Air. Kini, para ATPM memiliki total kapasitas produksi mencapai sekitar 7,5 juta per tahun.
Beberapa ATPM membentuk Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (Aisi). Hingga awal 2008, anggota Aisi meliputi; PT Astra Honda Motor (AHM), pemegang merek Honda, PT Semesta Citra Motorindo (SCM) pemegang merek Kanzen, PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) pemegang merek Kawasaki, PT Kymco Lippo Motor Indonesia (KLMI) pemegang merek Kymco, PT Danmotor Vespa Indonesia pemegang merek Vespa, PT Indomobil Suzuki International (ISI) pemegang merek Suzuki, dan PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) pemegang merek Yamaha.
Beberapa ATPM membentuk Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (Aisi). Hingga awal 2008, anggota Aisi meliputi; PT Astra Honda Motor (AHM), pemegang merek Honda, PT Semesta Citra Motorindo (SCM) pemegang merek Kanzen, PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) pemegang merek Kawasaki, PT Kymco Lippo Motor Indonesia (KLMI) pemegang merek Kymco, PT Danmotor Vespa Indonesia pemegang merek Vespa, PT Indomobil Suzuki International (ISI) pemegang merek Suzuki, dan PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) pemegang merek Yamaha.
Salah satu persyaratan paling menonjol untuk menjadi anggota Aisi adalah setiap calon anggota harus memiliki fasilitas pembuatan body sepeda motor dan engine compnent.
Saat ini, total kapasitas produksi anggota Aisi mencapai 7,6 juta unit per tahun, jika digabungkan dengan non-Aisi, total kapasitas produksi mencapai sekitar 8 jutaan unit per tahun.
Selain ATPM anggota Aisi pada awal 2007 juga masuk ATPM asal India yakni PT TVS Motor Company Indonesia (TVS) dan PT Bajaj Auto Indonesia (BAI), kemudian PT JRD Bright Motorcycle Industries (JRD) asal Malaysia, dan PT Minerva Motor Indonesia (MMI).
Selain itu, sekitar 80 merek asal Cina juga meramaikan pasar sepeda motor di Indonesia sejak tahun 2000 meski memasuki 2008 sebagian sudah mulai meredup. Beberapa yang bertahan hingga 2008 di antaranya adalah PT Kaisar Motorindo Industri yang memproduksi sepeda motor merek Kaisar. Kemudian, PT Buana Jialing Sakti Motor produsen Jialing. PT Anugerah Cendrawasih Sakti Motor (Happy Motor) dan PT Triangle Motorindo (Viar).
Hanya sepeda motor Kanzen yang mengklaim sebagai sepeda motor nasional dengan teknolologi dan komponen asal Korea. Kanzen diluncurkan pertamakali pada tahun 2000. Sesungguhnya, empat tahun sebelum Kanzen melenggang, mimpi membangun industri sepeda motor yang dibidani anak-anak negeri, sudah mencuat. Adalah PT Timori Putra Bangsa (TPB) milik Hutomo Mandala Putra (Tommy), putera mantan presiden Soeharto, yang menggagas sepeda motor nasional. Proyek yang diawaki 15 insinyur putera-puteri Pertiwi bekerja sepanjang 1996-1998. Mereka mengutak-ngatik Cagiva Motorcycle, Italia untuk menjelma menjadi sepeda motor Timori. Namun, mimpi yang sungguh mulia itu terganjal oleh kerusuhan Mei 1998. TPB pun urung meluncurkan sepeda motor nasional. Kerusuhan Mei 1998 mengguncang Jakarta dan Indonesia. Ratusan jiwa melayang, puluhan pusat bisnis dibakar. Bahkan, kerusuhan itu memaksa Presiden RI kedua, HM Soeharto, harus lengser dari kursi presiden setelah berkuasa selama hampir 30 tahun.Dari sekitar 40 industri perakitan sepeda motor di Indonesia yang masih beroperasi pada 2008, prinsipal asal Jepang masih mendominasi investasi di sektor sepeda motor. Maklum, investasi Jepang secara keseluruhan di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan negara-negara lain. Sepanjang tahun tahun 1967 hingga 2007 total jumlah investasi Jepang mencapai sekitar US$ 40 miliar.
Saat ini, total kapasitas produksi anggota Aisi mencapai 7,6 juta unit per tahun, jika digabungkan dengan non-Aisi, total kapasitas produksi mencapai sekitar 8 jutaan unit per tahun.
Selain ATPM anggota Aisi pada awal 2007 juga masuk ATPM asal India yakni PT TVS Motor Company Indonesia (TVS) dan PT Bajaj Auto Indonesia (BAI), kemudian PT JRD Bright Motorcycle Industries (JRD) asal Malaysia, dan PT Minerva Motor Indonesia (MMI).
Selain itu, sekitar 80 merek asal Cina juga meramaikan pasar sepeda motor di Indonesia sejak tahun 2000 meski memasuki 2008 sebagian sudah mulai meredup. Beberapa yang bertahan hingga 2008 di antaranya adalah PT Kaisar Motorindo Industri yang memproduksi sepeda motor merek Kaisar. Kemudian, PT Buana Jialing Sakti Motor produsen Jialing. PT Anugerah Cendrawasih Sakti Motor (Happy Motor) dan PT Triangle Motorindo (Viar).
Hanya sepeda motor Kanzen yang mengklaim sebagai sepeda motor nasional dengan teknolologi dan komponen asal Korea. Kanzen diluncurkan pertamakali pada tahun 2000. Sesungguhnya, empat tahun sebelum Kanzen melenggang, mimpi membangun industri sepeda motor yang dibidani anak-anak negeri, sudah mencuat. Adalah PT Timori Putra Bangsa (TPB) milik Hutomo Mandala Putra (Tommy), putera mantan presiden Soeharto, yang menggagas sepeda motor nasional. Proyek yang diawaki 15 insinyur putera-puteri Pertiwi bekerja sepanjang 1996-1998. Mereka mengutak-ngatik Cagiva Motorcycle, Italia untuk menjelma menjadi sepeda motor Timori. Namun, mimpi yang sungguh mulia itu terganjal oleh kerusuhan Mei 1998. TPB pun urung meluncurkan sepeda motor nasional. Kerusuhan Mei 1998 mengguncang Jakarta dan Indonesia. Ratusan jiwa melayang, puluhan pusat bisnis dibakar. Bahkan, kerusuhan itu memaksa Presiden RI kedua, HM Soeharto, harus lengser dari kursi presiden setelah berkuasa selama hampir 30 tahun.Dari sekitar 40 industri perakitan sepeda motor di Indonesia yang masih beroperasi pada 2008, prinsipal asal Jepang masih mendominasi investasi di sektor sepeda motor. Maklum, investasi Jepang secara keseluruhan di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan negara-negara lain. Sepanjang tahun tahun 1967 hingga 2007 total jumlah investasi Jepang mencapai sekitar US$ 40 miliar.
(diolah dari berbagai sumber)
1 komentar:
nice article...! Pak Edo, apakah di Indonesia masih ada importir motor yg menjual berbagai merek seperti yg terjadi di mobil terutama mobil-mobil CBU atau apakah masing2 merek motor (Honda, Suzuki, Yamaha dll) memiliki ATPM-nya sendiri-sendiri...
Thanks,
Ferdi.
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.