Bahkan, Menteri Perindustrian Fahmi Idris sempat berpose menaiki Skywave 400 cc besutan Suzuki.
Resesi ekonomi dunia yang belakangan ini menekan perekonomian nasional tidak mampu menghalangi hasrat pecinta motor untuk membeli motor-motor premium berpenampilan trendi. ”Saya datang ke pameran untuk melihat produk baru kalau cocok dan terjangkau maunya sih beli,” tutur Budianto, wiraswastawan yang ditemui di sela pameran, Sabtu (6/12).
Pecinta motor rupanya sudah kadung haus akan motor berteknologi canggih dengan kapasitas mesin besar. Pecinta motor tidak peduli harga motor berada di atas Rp 40 juta selama uang yang dibayarkan setara dengan kualitas motor. Hal ini terlihat jelas saat menyelisik suasana pameran Jakarta Motorcycle Show (JMS) 2008. Sejak resmi dibuka pada Sabtu (6/12), konsumen menyerbu booth milik PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) yang memang menjual motor-motor premium, baik berjenis motor gede (moge) maupun cikal bakal moge.
Pengunjung pun langsung memburu Ninja 250 R yang punya platform mirip moge seharga Rp 44,9 juta. Hingga Kamis (11/12), 40 unit Ninja 250R dibeli konsumen. Angka ini lebih dari setengah total penjualan Kawasaki sebanyak 60 unit.
Bahkan ada konsumen yang berani membeli satu unit GTR 1400 seharga Rp 290 juta dan Ninja ZX 600R yang dijual Rp 220 juta (off the road). Jika ditambah dengan bea balik nama (BBN) sebesar 25%, konsumen harus merogoh kocek Rp 300 jutaan untuk membawa pulang salah satu motor tersebut.
Ini berarti, harga satu unit motor premium Kawasaki setara dengan harga jual mobil sport utility vehicle (SUV) seperti Honda CR-V dan Nissan X Trail. Konsumen juga dapat membeli tiga unit Daihatsu Xenia untuk satu unit Ninja ZX atau Kawasaki GTR.
Selain memajang tiga motor tersebut, Kawasaki yang terkenal dengan motor sport-nya juga memamerkan Ninja ZX 10R. Namun hingga kini konsumen belum membeli motor dengan banderol Rp 260 juta ini. Seluruh motor premium Kawasaki didatangkan dalam bentuk utuh dari Thailand.
Seorang petugas di booth Kawasaki yang enggan disebut namanya berkata, citra Kawasaki cukup baik di segmen sport membuat konsumen tidak ragu untuk membeli motor sport premium keluaran pabrikan ini. Konsumen akhirnya tidak ragu untuk merogoh uang ratusan juta demi satu unit motor.
Khusus untuk Ninja 250R yang jadi primadona di pameran kali ini, ia menilai motor ini praktis tidak mempunyai rival setelah dihentikannya produksi Suzuki Thunder 250cc. “Trennya saat ini memang ke arah moge. Namun daya beli belum cukup. Hanya sebagian kecil masyarakat yang mampu menjangkau motor-motor premium Kawasaki,” terangnya.
Para pembeli motor premium, kata dia, umumnya adalah konsumen mobil. Mereka menjadikan motor sebagai hobi. “Dari pengalaman saya bertemu dengan costumer, mereka kebanyakan memiliki mobil. Mereka langsung tertarik membeli begitu melihat tampilan 250R,” tegasnya.
Motor gede (moge) produksi Suzuki juga menjadi sasaran pengunjung berkocek tebal. Hingga hari kedelapan pameran, tercatat 18 unit motor premium Suzuki dipesan konsumen. Harga termurah moge Suzuki adalah Rp 128,2 juta sedangkan termahal Rp 335,9 juta (off the road).
Di JMS tahun ini, IMNI memasang tujuh moge andalan antara lain DRZ 400E seharga Rp 128,26 juta, GSX R600 Rp 240 juta, B King Rp 319,5 juta, GSR 600 Rp 189,97 juta, Hayabusha 1.340 cc Rp 335,9 juta dan Skywave 650 Rp 220 juta. IMNI juga memajang motor mungil dengan harga fantastis seperti RM 85 cc seharga Rp 50,3 juta, JR 80 Rp 21,8 juta dan DR-7 Rp 21,96 juta.
Tomi Ernawan, manager team Suzuki, menyatakan, moge yang dipajang di JMS tahun ini tadinya merupakan motor konsep. Namun seiring banyaknya permintaan dari konsumen, prinsipal akhir memutuskan untuk memproduksi secara massal.
Ia menilai, pembeli motor premium adalah para penggemar motor yang memiliki ketahanan finansial kuat. “Mereka menjadikan motor sebagai salah satu alternatif hiburan,” paparnya.
Menurut Iyo Rohamah (28), salah seorang petugas di stand Suzuki, konsumen yang serius membeli moge nantinya akan menelepon ke dealer. Sebaliknya, dealer juga akan menghubungi para konsumen yang telah mencatatkan namanya di dalam daftar pemesanan.
Presiden Direktur PT Indomobil Sukses Internasional Tbk selaku induk perusahaan IMNI Gunadi Sindhuwinata menyatakan, kebanyakan pembeli moge menggunakan sistem pembayaran tunai. Konsumen jenis ini tidak terpukul dari membengkaknya bunga kredit dan uang muka pembelian motor.
“Saat krisis mereka memutuskan untuk menahan uang mereka. Setelah reda mereka baru belanja. Namun bisa jadi mereka terangsang untuk membeli motor premium begitu mengunjungi premium,” ujar Gunadi yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).
Sementara itu Herry Setianto, manajer promosi PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) mengatakan, pihaknya tidak menjual moge yang dipamerkan di JMS kali ini. Yamaha memamerkan Yamaha R1 1.000 cc yang harganya ditaksir mencapai Rp 200 juta.
Herry mengaku YMKI belum siap dalam hal layanan purna jual motor seperti R1. Sebab, butuh investasi yang cukup besar untuk menyediakan layanan purna jual. Di sisi lain, volume penjualan motor tidak terlalu besar karena harganya yang cukup mahal. Bahkan Herry memperkirakan harga jual R1 di Indonesia dapat tiga kali lipat lebih mahal dibanding harga aslinya mahal karena dihantam beberapa pajak.
Meski begitu, dari keterangan beberapa tenaga penjualan (sales) Yamaha di JMS, ada banyak konsumen yang tertarik membeli R1. “Hingga kini sudah ada dua konsumen yang serius membeli R1,” terang seorang sales yang enggan disebut namanya.
Pesta dua tahun sekali
JMS merupakan pameran sepeda motor yang digelar setiap dua tahun sekali. Lima anggota AISI seperti Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dan Kanzen berpartisipasi dalam ajang ini. Pameran ini juga diramaikan PT Bajaj Auto Indonesia selaku ATPM motor Bajaj yang non AISI.
Perusahaan aksesoris juga menyemarakkan gelaran ini demikian pula dengan beberapa distributor helm dan bokd motor. Namun JMS kali ini tidak diramaikan dengan mobil seperti layaknya JMS dua tahun silam.
Ketua AISI Gunadi Sindhuwinata yang juga merupakan Ketua Panitia JMS menekankan, pameran ini bukan bertujuan untuk mendongkrak penjualan. Ia selalu mengelak ketika ditanya berapa target transaksi tahun ini.
“Kami lebih memilih untuk memberikan edukasi tentang bagaimana sih cara berkendara yang aman itu. Karena disamping memamerkan kendaraan roda dua dengan teknologi terkini, acara ini juga akan diselingi dengan seminar tentang pentingnya kendaraan ramah lingkungan dan pengetahuan akan keselamatan berkendara,” paparnya.
Pada JMS 2006, total transaksi mencapai mencapai Rp 210,5 miliar. Nilai ini sulit terlampaui karena JMS kali ini tidak melibatkan industri mobil.
PT Astra Honda Motor (AHM) memperkirakan penjualan sampai tutup pameran mencapai 600 unit. Hingga Kamis (11/12), AHM membukukan penjualan sebanyak 400 unit. YMKI, IMNI dan KMI mengaku tidak memasang target dalam ajang ini. Penjualan tiga merek ini sampai Kamis masing-masing mencapai 159 unit, 125 unit dan 60 unit.
Sepeda motor masih menjadi pilihan. Menurut dosen Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho, masyarakat membeli sepeda motor karena moda transportasi tersebut berbiaya murah bahkan lebih murah dari transportasi publik. Selain itu, harga murah dan kepemilikannya mudah. ”Konsumen juga melihat sepeda motor itu fleksibel dengan mobilitas tinggi,” papar Sutanto, di sela diskusi Usaha Menurunkan Tingkat Kecelakaan Sepeda Motor di Jalan Raya, Kamis (11/12).
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.