Info : Silahkan klik di SINI untuk membaca artikel versi wordpress dari Edo Rusyanto

Sabtu, 07 Februari 2009

Berganti Jubah di TK Cempaka (bagian 1 dari 2 tulisan)


EVOLUSI tak pernah bisa dibendung. Sebagai mekanisme siklus alam, evolusi hanya bisa diimbangi dengan sikap legowo. Mau menerima perubahan.
Malam itu, Kamis (5/2), sekitar pukul 22.00 WIB, proses evolusi juga sedang berlangsung di ruang bermain sekaligus ruang belajar TK Cempaka, Jl Pancawarga II No. 2 RT. 012 / 003 Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur.
Di ruang yang penuh pernak-pernik mainan itu, bukan anak-anak balita yang sedang ngobrol di larut malam. Justeru para pria dewasa dengan segenap semangat, walau di luar sana cuaca mendung menggelayuti Jakarta. Asap rokok mengepul dari 11 pria yang mengklaim peduli kepada keselamatan pengguna jalan raya. Ya. Malam itu, 11 orang aktivis Road Safety Association (RSA), sibuk beradu argumentasi mengenai organisasi yang sesungguhnya baru seumur jagung. Ya. Malam itu hadir Agustinus Fordiyanto Rusdi Setiyono (Fordi), Rio Octaviano, Bewok, Cak Sontul, Riezha Agus Susanto (Reza), Eko Cahyo Wibowo, Roki, Mohamad Ridwan, Dito, Edo Rusyanto, dan Syamsul Ma’arif.
RSA adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang lahir dari sekumpulan para pengurus kelompok sepeda motor di Jakarta. Awalnya, RSA bernama Forum Safety Riding Jakarta (FSRJ) yang dirintis sejak September 2005. Organisasi tersebut terus menggelinding. Sedikitnya tercatat 70 klub atau komunitas sepeda motor tercatat sebagai anggota. FSRJ tergolong eksklusif karena yang bisa menjadi anggota adalah hanya pengurus klub atau komunitas. Setiap kelompok sepeda motor dapat jatah wakil dua orang. Namun, belakangan terbuka bagi individu yang dianggap concern terhadap safety riding, beberapa perwakilan dari ATPM sepeda motor, dan jurnalis yang concern terhadap safety riding.
Secara resmi FSRJ membentuk kepengurusan pada 15 Desember 2007. Keputusan pertemuan yang dihadiri perwakilan lebih dari 30 klub dan komunitas itu menetapkan kepemimpinan FSRJ secara kolektif yakni dalam bentuk dewan presidium. Struktur dewan presidium terdiri atas dua orang masing-masing wakil dari jenis sepeda motor sport, underbone, scooter, komunitas heterogen, dan satu orang perwakilan dari dewan pengarah.
Seiring perjalanan waktu, sejak 5 Januari 2008, FSRJ berganti jubah menjadi Road Safety Association (RSA). Organisasi ini memiliki visi menciptakan budaya tertib ber-lalu lintas yang aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan. Sementara itu, misi RSA mencakup; mengurangi angka kecelakaan lalu lintas, memberikan pemahaman dan keterampilan berkendara yang aman serta nyaman kepada seluruh pengguna jalan, serta menjadi mitra bagi pihak berwenang, instansi terkait, dan pihak lain dalam merealisasikan visi organisasi. Selain itu, sebagai penyedia informasi bagi masyarakat mengenai beberapa hal yakni data kecelakaan lalu lintas, jumlah pelanggaran berlalu lintas, sarana dan prasarana jalan, visualisasi perilaku berlalu lintas, dan peraturan berlalu lintas.

Butuh Figur
Malam itu, pertemuan yang dijadwalkan dimulai pukul 19.30 WIB dan dibuka dengan makan malam sayur sop, tempe bacem, dan semur daging itu, mencantumkan agenda; evaluasi kerja Dewan Presidium, event RSA yang terlaksana, rekonsolidasi Dewan Presidium, rekonstruksi Dewan Presidium, penentuan pemilihan kepala divisi, dan program kerja. Namun perbincangan lebih banyak menyoroti lambannya kinerja pengurus RSA saat ini. Sempat disinggung apa saja event yang telah dilaksanakan. Yang agak terlewat barangkali adalah tidak dibahasnya kinerja Dewan Pengarah. Padahal, menurut Syamsul, Dewan Pengarah yang merupakan kumpulan personil dari para penggagas ide mendirikan RSA, yang seharusnya bertugas mengawal perjalanan Dewan Presidium, justeru asyik dengan kegiatan masing-masing. Dewan Pengarah melepas Dewan Presidium dengan segala masalah yang ada. “Belum ada sekalipun langkah dari Dewan Pengarah selaku organisasi memberikan masukan terhadap masalah organisasi RSA yang ada,” tukas pria berkacamata itu.
Kini, setahun lebih satu bulan setelah RSA dibentuk, di ruang TK Cempaka, aroma ganti jubah terendus menyengat. Sistem kepemimpinan kolektif berupa presidium ternyata dipandang memperlamban pengambilan keputusan RSA. Aroma menginginkan adanya satu figur pemimpin yang mampu menata kelola aktifitas harian organisasi nirlaba itu, kian kental.
“RSA perlu satu orang yang bisa menjalankan dan mengatur organisasi,” papar
Yudi ’Bewok’ Dharma, mantan ketua Suzuki Two Wheels (S2W), yang malam itu hadir begitu menggebu melontarkan gagasan.
Edo Rusyanto, ketua Independent Bikers Club (IBC) yang juga aktif di RSA, malam itu melontarkan kritik soal lambannya pengambilan keputusan di RSA sehingga program kerja menjadi tersendat.
Hal itu tidak keliru, bahkan diamini Syamsul Ma'arif, anggota Dewan Pengarah sekaligus pendiri RSA yang menulis dalam pesan elektroniknya (email), ”Kelemahan organisasi RSA saat ini karena tidak ada figur tertinggi yang dapat segera pengambil keputusan diorganisasi.”
Selama ini, susunan organisasi RSA meliputi Dewan Pengarah yang terdiri atas Syamsul M, Rio Octaviano, Cak Sontul, Melanie Parmawatie, Lucky Junan Subiakto, dan Boykhe Kurniawan.
Sedangkan Dewan Presidium mencakup Agustinus Fordiyanto Rusdi Setiyono (Fordi), Satya Budi Hartono, Ade Saefudin, Riezha Agus Susanto, dan Eko Cahyo Wibowo. Presidium juga memiliki divisi yakni Hafdiyan Ridwan (Ozqy) dan Mohamad Ridwan. (edo rusyanto)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.

Related Posts with Thumbnails
 
Copyright 2009 Edo Rusyanto's Traffic. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan and Arrange by Ian