Info : Silahkan klik di SINI untuk membaca artikel versi wordpress dari Edo Rusyanto

Rabu, 08 April 2009

Menelusuri Jalan Darat Kalimantan Selatan



JALAN berlubang, hujan, licin, banyak kubangan, dan tanpa penerangan jalan, menemani perjalanan darat dari Batulicin, Tanah Tumbu ke Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Perjalanan, Selasa (7/4), dari kota penghasil bijih besi dan batubara itu, cukup menantang. Sedikit saja ceroboh, bakal terperosok. Jika sedang bernasib buruk, bisa-bisa masuk ke sungai.

Sesungguhnya perjalanan darat yang penulis tempuh kali ini bukan pilihan utama saat bertugas ke bumi penghasil tambang tersebut. Gara-gara pesawat carter milik Pelita Air tak bisa mendarat di bandara perintis Tanah Baru karena cuaca buruk. Selain itu, pesawat tak bisa mendarat di bandara yang ditangani dinas perhubungan Pemprov Kalsel itu, karena ada pesawat carteran Wapres Jusuf Kalla. Pesawat warna putih Das 7 Pelita Air yang bermesin 4 itu, parkir di landasan yang panjangnya 1.800 meter. Menurut sumber, jika ada pesawat presiden atau wapres, maka tidak boleh ada pesawat lain mendarat selama dua jam sebelum dan sesudah pesawat presiden/wapres tinggal landas.

Padahal, di saku kami tersimpan tiket penerbangan ke Banjarmasin-Jakarta untuk jadwal Selasa, pukul 18.40 waktu Indonesia tengah (WITA). Siang itu, jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.03 WITA. Pilihannya hanya satu, jalan darat. Berharap masih bisa mengejar penerbangan sore itu, walau secara teori, mustahil.

Untuk berjaga-jaga, Fauzi, corporate communication PT Krakatau Steel yang mengundang kami, menjadwal ulang tiket Lion Air untuk penerbangan Rabu (8/4), pukul 09.45 WITA.

Rusak

Saya, Fauzi, dan serta rekan dari Metro TV, Hari Mukti dan Hafi, berangkat dari Batulicin pukul 13.50 WITA.

Agus (23), sang sopir yang disewa PT Meratus, anak usaha PT Krakatau Steel, mulai menelusuri liuk-liuk Jl Provinsi Kalsel. Jarak tempuh ditaksir sekitar 200 km melalui Batulicin-Pagatan-Sai Loban-Angsana-Satui-Kintap-Jorong-Banjarbaru.

Pemandangan tepi pantai dengan nyiur melambai membuat perjalanan selepas Batulicin menjadi mengasyikan. Perahu nelayan terlihat mengarungi lautan, sedangkan lainnya bersandar di muara sungai. Cuaca cukup cerah.

Jalan rusak ditemui sepanjang Pagatan-Sai Loban-Angsana-Satui. Kecepatan Toyota Avanza menyusut menjadi hanya 10/kilometer per jam (kpj) saat melintas di jalan rusak. Drastis dibandingkan jalan mulus yang bisa dipacu 80-110/kpj.

Agus yang tinggal di Banjarmasin semula menaksir perjalanan bisa ditempuh sekitar enam jam. Namun, ketika hujan turun, prediksi bisa berubah. Waktu tempuh bertambah.

Sesekali kami berpapasan dengan truk besar yang mengangkut alat ditemui alat berat. Selain itu ada truk pengangkut hasil hutan, mobil pribadi, mobil dinas instansi pemerintah, militer, polisi, bus angkutan umum, dan sepeda motor.

Pengendara sepeda motor dituntut ekstra hati-hati ketika melintasi jalan rusak berlubang. Maklum, roda dua lebih mudah tergelincir. Beruntung kesadaran menggunakan helm lumayan tinggi. Mayoritas yang ditemui di jalan menggunakan helm. Motor dimanfaatkan untuk beragam kepentingan. Mulai dari membawa sayuran hingga membawa kayu olahan.

Selain pantai, pemandangan kanan kiri jalan terlihat hutan karet dan sawit. Sempat juga menyaksikan hamparan hijaunya pesawahan.

Turunnya hujan membuat jalan licin. Kami sempat melihat insiden mobil multipurpose vehicle (MPV) yang terperosok di kanan jalan. Pemandangan serupa sempat terjadi ketika malam menjelang di kawasan Bati-Bati arah ke Jorong. Sebuah truk terjerambab ke kiri jalan. "Sopirnya dibawa ke rumah sakit karena luka terjepit setir," ujar seorang pemuda sambil mengatur antrean kendaraan. Di sekitar lokasi insiden truk, laju kendaraan tersendat. Terlebih, alat derek untuk mengevakuasi truk sempat memakan bahu jalan.

Jalan yang rusak, selain karena aspalnya mengelupas, juga ditambah genangan air. Untuk ukuran roda truk sedang dan besar, genangan di tengah jalan masih belum terlalu mengganggu. Namun untuk kendaraan yang lebih kecil, apalagi sepeda motor, praktis kondisi jalan menuntut kehati-hatian yang tinggi.

Pisang Gratis

Selang sekitar tiga jam berkendara, kami memutuskan untuk istirahat. Jarum jam menunjukkan 17.05 WITA saat kami menepi dan istirahat di warung di kawasan Kintap.

Istirahat sambil minum kopi dan menghisap sebatang rokok. Sebagian sholat Ashar. Ada juga yang menumpang ke kamar kecil. Yang paling dicari adalah setop kontak listrik untuk mengisi batere handphone.

Fauzi tiba-tiba memesan mie instan. Semula kami pikir seperti lazimnya di Jawa, mie instan bakal direbus. "Di sini, air panasnya dimasukkan ke plastik kemasan, bumbunya silakan diatur sendiri," ujar ibu, sang penjual warung. Jadilah kami menikmati mie instan ala Kintap.

Hari yang usai menyantap mie, memilih pisang mungil berkulit hijau kekuning-kuningan. "Pisang apa ini bu," tanya pria lajang itu. Sontak sang ibu menjawab bahwa itu adalah pisang uli.

Rasanya cukup manis dan renyah. "Kalau pisang gratis," ujar si ibu lagi.

Hujan masih turun saat kami meninggalkan warung dan jarum jam menunjukkan pukul 17.34 WITA.

Drama perjalanan di tengah gelap, hujan, dan jalan rusak pun berlanjut. Sesekali Agus harus bermanuver ketika menemui jalan berlubang. Praktis kami berempat terguncang. Terlebih lebar jalan hanya cukup untuk dua mobil saat berpapasan.

Memasuki Jorong dan Banjarbaru jalan relatif bagus. Aspal licin. Saat memasuki Banjarbaru kecepatan avanza bisa 80-90/kpj. Tiba di Banjarbaru dekat Bandara Syamsudin Noor, kami memasuki Villa Bungas, Jl Vanili. Waktu menunjukkan pukul 21.02 WITA. Jalan di Banjarbaru lebar, ada separator jalan. Lebar jalan bisa menampung 4 mobil di masing-masing lajur. Kami akhirnya memilih iIstirahat untuk melanjutkan penerbangan Rabu pagi. (edo)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.

Related Posts with Thumbnails
 
Copyright 2009 Edo Rusyanto's Traffic. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan and Arrange by Ian