CUACA Jakarta, Minggu (5/4) pagi, mendung. Jalanan cukup ramai oleh lalulalang kendaraan. Mulai mobil pribadi, angkutan umum, hingga pengendara sepeda motor. Hari ini, tim Independent Bikers Club (IBC) berniat meninjau korban bencana bobolnya tanggul Situ Gintung, Tangerang, Banten. Musibah yang terjadi Jumat (27/3), sekitar 04.30 WIB itu, merenggut sedikitnya 100 korban jiwa. Ironisnya, separuh dari korban itu adalah anak-anak dan perempuan. Ratusan korban luka dan puluhan lainnya masih hilang. Kerugian material belum bisa ditaksir mengingat luasnya wilayah yang tersapu derasnya air bah.
Perjalanan dari Cibubur, Jakarta Timur menuju Jl Juanda, Cireunde, Tangerang, ramai lancar. Gerimis menemani laju Yamaha V-ixion dan Suzuki Tornado yang ditunggangi Edo dan Bani. Sekitar satu jam, persisnya pukul 11.30 WIB, Ketua IBC Edo dan Sekretaris IBC Bani, memarkirkan sepeda motor di halaman Masjid Fathullah, di tepi Jl Juanda, depan Kampus Universitas Islam Negara (UIN). Arus lalulintas di Jl Juanda, khususnya setelah gerbang selamat datang milik Pemprov Banten, mulai tersendat cenderung stagnan. Banyaknya kendaraan warga yang ingin menyerahkan sumbangan maupun yang sekadar melihat lokasi bencana, menimbulkan kemacetan berkepanjangan.
Dari lokasi parkir, kami memilih berjalan kaki menuju lokasi posko bencana. Sekitar 500 meter, kami singgah di kawasan relokasi para pengungsi di Jl Kertamukti, Ciputat, Tangerang. Lokasi tersebut berjarak sekitar 1 kilometer dari Situ Gintung.
Gerimis yang masih mengguyur, membasahi aspal Jl Kertamukti yang baru saja dilapis ulang. Masih nampak alat berat dan kendaraan untuk pelapis dan pelebaran jalan menjadi 6 meter. Buntutnya, arus mobil menjadi tersendat. Tidak bisa dua kendaraan berpapasan. Masing-masing harus sabar antre.
Pelataran Kantor Penghubung Wisma Kerta Mukti milik Pemprov Banten, Jl Kerta Mukti, Ciputat, Tangerang, Banten, disulap menjadi warna putih oleh 60 tenda yang dilengkapi kasur dan selimut. Di sisi lain halaman wisma, sedang dibangun 24 rumah semi permanen untuk hunian sementara (huntara) oleh Perum Perumnas untuk menampung para pengungsi. Wisma tersebut dinamai Kerta Mukti I karena sekitar 400 meter dari situ sedang dibangun Kerta Mukti II oleh PT Cipta Karya.
”Rencananya hari ini para pengungsi yang ditampung di Universita Muhammadiyah Jakarta (UMJ) bakal direlokasi ke sini,” ujar Untung, direktur Perbaikan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), saat menjelaskan proses pembangunan di Kerta Mukti I.
Hingga Minggu siang belum ada pengungsi yang menempati tenda-tenda tersebut. Belakangan, menjelang malam hari dari sebanyak 1.408 jiwa atau 295 kepala keluarga (kk), sekitar 29 KK sudah menempati Wisma Kerta Mukti yang berjarak sekitar 1 km dari UMJ. Pengungsi tidak menghuni tenda yang disediakan. Sebagian pengungsi malah diberi fasilitas mengontrak rumah oleh Walikota Tangerang Selatan, selama satu tahun. Gratis.
Sumbangan IBC
Melihat kegigihan relawan dan institusi pemerintah untuk menangani korban bencana, bisa disimpulkan warga agak terobati dari bencana yang membuat trauma itu. ”Kalau saya, pilih tinggal di rumah keluarga yang tidak terkena bencana di sekitar Gintung juga,” tutur Hasanudin (54 thn). Ia yang ditemui di warung miliknya di tepi Situ Gintung, siang itu dengan lancar menjelaskan bahwa dirinya telah menerima bantuan sandang dan pangan. ”Kalau soal ganti tanah dan rumah saya yang rusak, saya belum menerima. Denger-denger akan diganti,” kata pria yang telah bermukim sejak 1984 di tepi Situ Gintung.
Hasanudin selamat karena ia terbangun pada sekitar pukul 02.00 WIB dan mendengar tanda-tanda bakal jebolnya tanggul yang membawa air bah. Namun, rumah serta harta bendanya raib. Tinggal warung kecil yang tersisa karena letaknya sekitar 50 meter dari tanggul.
”Warga yang selamat kami coba berdayakan. Selama 3 bulan kami melakukan pendampingan untuk membangun usaha, misalnya berjualan bakso dan sejenisnya untuk selanjutnya menjadi lebih mandiri,” tutur Agung, relawan dari Dompet Dhuafa Republika (DDR), saat ditemui di huntara DDR.
Di areal itu dihuni 30 KK dan dilakukan rehabilitasi anak-anak korban bencana. Seperti siang itu, sejumlah relawan sedang mengaja bermain belasan anak-anak balita.
”Ayo kita berbaris dan melingkar sambil siap-siap nanti kita nonton kartun bersama,” ujar seorang relawan wanita. Anak-anak yang duduk di atas alas terpal plastik di tanah areal huntara tampak senang. Celoteh dan sendagurau di antara mereka mengalir spontan. Sedangkan para orangtua mereka menyaksikan dari sisi lapangan yang persis di depan 30 bedeng semi permanen dari triplek yang dijadikan huntara.
Tim IBC yang siang itu menjadi tiga orang karena hadir bro Irfan meninggalkan lokasi bencana sekitar pukul 14.40 WIB. Sebelumnya, Tim IBC menyerahkan bantuan sumbangan uang tunai Rp 3.050.000 kepada DDR. ”Kami akan manfaatkan untuk memberdayakan para pengungsi,” kata Agung.
Uang tersebut berasal dari kas IBC sebesar Rp 1 juta dan sisanya merupakan iuran sukarela dari anggota dan simpatisan IBC di koran Investor Daily. Terimakasih untuk simpatisan atas donasinya. (edo)
Perjalanan dari Cibubur, Jakarta Timur menuju Jl Juanda, Cireunde, Tangerang, ramai lancar. Gerimis menemani laju Yamaha V-ixion dan Suzuki Tornado yang ditunggangi Edo dan Bani. Sekitar satu jam, persisnya pukul 11.30 WIB, Ketua IBC Edo dan Sekretaris IBC Bani, memarkirkan sepeda motor di halaman Masjid Fathullah, di tepi Jl Juanda, depan Kampus Universitas Islam Negara (UIN). Arus lalulintas di Jl Juanda, khususnya setelah gerbang selamat datang milik Pemprov Banten, mulai tersendat cenderung stagnan. Banyaknya kendaraan warga yang ingin menyerahkan sumbangan maupun yang sekadar melihat lokasi bencana, menimbulkan kemacetan berkepanjangan.
Dari lokasi parkir, kami memilih berjalan kaki menuju lokasi posko bencana. Sekitar 500 meter, kami singgah di kawasan relokasi para pengungsi di Jl Kertamukti, Ciputat, Tangerang. Lokasi tersebut berjarak sekitar 1 kilometer dari Situ Gintung.
Gerimis yang masih mengguyur, membasahi aspal Jl Kertamukti yang baru saja dilapis ulang. Masih nampak alat berat dan kendaraan untuk pelapis dan pelebaran jalan menjadi 6 meter. Buntutnya, arus mobil menjadi tersendat. Tidak bisa dua kendaraan berpapasan. Masing-masing harus sabar antre.
Pelataran Kantor Penghubung Wisma Kerta Mukti milik Pemprov Banten, Jl Kerta Mukti, Ciputat, Tangerang, Banten, disulap menjadi warna putih oleh 60 tenda yang dilengkapi kasur dan selimut. Di sisi lain halaman wisma, sedang dibangun 24 rumah semi permanen untuk hunian sementara (huntara) oleh Perum Perumnas untuk menampung para pengungsi. Wisma tersebut dinamai Kerta Mukti I karena sekitar 400 meter dari situ sedang dibangun Kerta Mukti II oleh PT Cipta Karya.
”Rencananya hari ini para pengungsi yang ditampung di Universita Muhammadiyah Jakarta (UMJ) bakal direlokasi ke sini,” ujar Untung, direktur Perbaikan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), saat menjelaskan proses pembangunan di Kerta Mukti I.
Hingga Minggu siang belum ada pengungsi yang menempati tenda-tenda tersebut. Belakangan, menjelang malam hari dari sebanyak 1.408 jiwa atau 295 kepala keluarga (kk), sekitar 29 KK sudah menempati Wisma Kerta Mukti yang berjarak sekitar 1 km dari UMJ. Pengungsi tidak menghuni tenda yang disediakan. Sebagian pengungsi malah diberi fasilitas mengontrak rumah oleh Walikota Tangerang Selatan, selama satu tahun. Gratis.
Sumbangan IBC
Melihat kegigihan relawan dan institusi pemerintah untuk menangani korban bencana, bisa disimpulkan warga agak terobati dari bencana yang membuat trauma itu. ”Kalau saya, pilih tinggal di rumah keluarga yang tidak terkena bencana di sekitar Gintung juga,” tutur Hasanudin (54 thn). Ia yang ditemui di warung miliknya di tepi Situ Gintung, siang itu dengan lancar menjelaskan bahwa dirinya telah menerima bantuan sandang dan pangan. ”Kalau soal ganti tanah dan rumah saya yang rusak, saya belum menerima. Denger-denger akan diganti,” kata pria yang telah bermukim sejak 1984 di tepi Situ Gintung.
Hasanudin selamat karena ia terbangun pada sekitar pukul 02.00 WIB dan mendengar tanda-tanda bakal jebolnya tanggul yang membawa air bah. Namun, rumah serta harta bendanya raib. Tinggal warung kecil yang tersisa karena letaknya sekitar 50 meter dari tanggul.
”Warga yang selamat kami coba berdayakan. Selama 3 bulan kami melakukan pendampingan untuk membangun usaha, misalnya berjualan bakso dan sejenisnya untuk selanjutnya menjadi lebih mandiri,” tutur Agung, relawan dari Dompet Dhuafa Republika (DDR), saat ditemui di huntara DDR.
Di areal itu dihuni 30 KK dan dilakukan rehabilitasi anak-anak korban bencana. Seperti siang itu, sejumlah relawan sedang mengaja bermain belasan anak-anak balita.
”Ayo kita berbaris dan melingkar sambil siap-siap nanti kita nonton kartun bersama,” ujar seorang relawan wanita. Anak-anak yang duduk di atas alas terpal plastik di tanah areal huntara tampak senang. Celoteh dan sendagurau di antara mereka mengalir spontan. Sedangkan para orangtua mereka menyaksikan dari sisi lapangan yang persis di depan 30 bedeng semi permanen dari triplek yang dijadikan huntara.
Tim IBC yang siang itu menjadi tiga orang karena hadir bro Irfan meninggalkan lokasi bencana sekitar pukul 14.40 WIB. Sebelumnya, Tim IBC menyerahkan bantuan sumbangan uang tunai Rp 3.050.000 kepada DDR. ”Kami akan manfaatkan untuk memberdayakan para pengungsi,” kata Agung.
Uang tersebut berasal dari kas IBC sebesar Rp 1 juta dan sisanya merupakan iuran sukarela dari anggota dan simpatisan IBC di koran Investor Daily. Terimakasih untuk simpatisan atas donasinya. (edo)
foto-foto: bani
3 komentar:
Proficiat IBC... tidak hanya sekedar turing & kongkow2, tapi jg selalu ambil bagian didalam kegiatan sosial, untuk menolong masyarakat yg sedang tertimpa musibah & kekurangan... Bravo IBC!!
IBC terbentuk dari orang2 yang cinta dan peduli pada lingkungan, sehingga tidak melupakan kejadian2 seperti ini. Bravo IBC
yuk..berbagi dengan sesama...salam
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.