BANYAK pengendara sepeda motor (bikers) lupa, kesabaran berpengaruh penting guna cegah kecelakaan. Kesabaran terbangun dari perilaku dan kesadaran diri kita. Mengejar waktu yang menyeret perilaku berkendara ceroboh membuka peluang kecelakaan di jalan raya. Padahal, ”Jumlah bikers yang tewas sia-sia akibat kecelakaan di jalan raya, sepanjang tiga bulan pertama 2009 jumlahnya naik sekitar 82% dibandingkan rentang waktu sama 2008,” tutur Edo, kepala divisi litbang Road Safety Association (RSA), di kawasan Mid Point, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (2/5).
Edo memaparkan data RSA seputar kecelakaan yang melibatkan sepeda motor di Jakarta dan sekitarnya di hadapan 30-an bikers yang hadir dalam kopi darat keliling (kopdarling) RSA. Pertemuan itu digelar sebulan sekali berkeliling di antara kelompok sepeda motor yang tergabung dalam RSA. Hingga kin ada 70-an kelompok yang bernaung di organisasi yang dibesut 15 Desember 2007 itu. RSA semula bernama Forum Safety Riding Jakarta (FSRJ).
Kembali soal perilaku sebagai kunci mencegah kecelakaan. Menurut Pak Yani, dari Direktorat Perhubungan Darat Departemen Perhubungan (Dephub), yang utama adalah kesadaran diri kita. ”Safety adalah kebutuhan, untuk diri sendiri, keluarga, dan negara,” papar dia, saat didaulat bicara dalam kopdarling yang kali ini digelar oleh Yamaha Jupiter Owners Community (YJOC).
Edo memaparkan data RSA seputar kecelakaan yang melibatkan sepeda motor di Jakarta dan sekitarnya di hadapan 30-an bikers yang hadir dalam kopi darat keliling (kopdarling) RSA. Pertemuan itu digelar sebulan sekali berkeliling di antara kelompok sepeda motor yang tergabung dalam RSA. Hingga kin ada 70-an kelompok yang bernaung di organisasi yang dibesut 15 Desember 2007 itu. RSA semula bernama Forum Safety Riding Jakarta (FSRJ).
Kembali soal perilaku sebagai kunci mencegah kecelakaan. Menurut Pak Yani, dari Direktorat Perhubungan Darat Departemen Perhubungan (Dephub), yang utama adalah kesadaran diri kita. ”Safety adalah kebutuhan, untuk diri sendiri, keluarga, dan negara,” papar dia, saat didaulat bicara dalam kopdarling yang kali ini digelar oleh Yamaha Jupiter Owners Community (YJOC).
Peserta kopdarling kali ini dari beragam kelompok sepeda motor yakni Barac, YVC Tangerang, YVC Indonesia, Tirec, HTML Yogyakarta, Hornet, Independent Bikers Club (IBC), Ever Community, HOC, KHCC, HCST, Detic, S2W, HSJ, SC 225, Milys, YJOC, dan YJOC Jogya
Selain membangun kesadaran tiap individu bikers, kepatuhan terhadap regulasi yang ada seperti undang-undang dan peraturan pemerintah terkait pengaturan lalulintas jalan raya, juga menjadi mutlak. ”Setiap orang punya hak dan kewajiban oleh karena itu diatur supaya nyaman dan tertib yang bermuara ke keselamatan,” papar Syamsul, pendiri RSA.
Ya. Tanpa kepatuhan terhadap peraturan lalulintas mustahil ketertiban bisa tercipta. Mulai dari berhenti di belakang garis setop, tidak naik ke trotoar, tidak menggunakan sirene dan strobo serta tidak menggunakan lampu jarak jauh yang terlalu terang. ”Kita mengacu kepada peraturan, bukan atas suatu kesepakatan belaka. Landasannya adalah aturan hukum,” ujar Rio, sang koordinator RSA.
Dalam situasi berkendara secara kelompok, bagi Syamsul, setiap bikers harus lebih waspada lagi. ”Group riding berpotensi lebih besar menimbulkan kecelakaan ketimbang solo riding,” tukas Agus, dari Depok Tiger Club (Detic).
Karena itu, pengaturan jarak dan penempatan bikers dalam suatu group riding menjadi amat penting. ”Pengendara yang memiliki skill lebih baik diposisikan pada barisan belakang, yang skill di bawahnya ditempatkan di barisan depan,” papar Syamsul.
Kopdarling yang digelar mulai 20.18 WIB itu ditutup 21.34 WIB. Jadwal yang semula ditetapkan 18.30 WIB molor karena permasalahan teknis kelistrikan. Belum lagi miss understanding antara satuan petugas keamanan (satpam) gedung KONI dengan gedung Mid Point. Kopdarling ditutup dengan penyerahan buku karya Edo kepada Pak Yani dan Master YJOC Shasya 249. Satu persatu peserta meninggalkan arena kopdarling. (edo)
Selain membangun kesadaran tiap individu bikers, kepatuhan terhadap regulasi yang ada seperti undang-undang dan peraturan pemerintah terkait pengaturan lalulintas jalan raya, juga menjadi mutlak. ”Setiap orang punya hak dan kewajiban oleh karena itu diatur supaya nyaman dan tertib yang bermuara ke keselamatan,” papar Syamsul, pendiri RSA.
Ya. Tanpa kepatuhan terhadap peraturan lalulintas mustahil ketertiban bisa tercipta. Mulai dari berhenti di belakang garis setop, tidak naik ke trotoar, tidak menggunakan sirene dan strobo serta tidak menggunakan lampu jarak jauh yang terlalu terang. ”Kita mengacu kepada peraturan, bukan atas suatu kesepakatan belaka. Landasannya adalah aturan hukum,” ujar Rio, sang koordinator RSA.
Dalam situasi berkendara secara kelompok, bagi Syamsul, setiap bikers harus lebih waspada lagi. ”Group riding berpotensi lebih besar menimbulkan kecelakaan ketimbang solo riding,” tukas Agus, dari Depok Tiger Club (Detic).
Karena itu, pengaturan jarak dan penempatan bikers dalam suatu group riding menjadi amat penting. ”Pengendara yang memiliki skill lebih baik diposisikan pada barisan belakang, yang skill di bawahnya ditempatkan di barisan depan,” papar Syamsul.
Kopdarling yang digelar mulai 20.18 WIB itu ditutup 21.34 WIB. Jadwal yang semula ditetapkan 18.30 WIB molor karena permasalahan teknis kelistrikan. Belum lagi miss understanding antara satuan petugas keamanan (satpam) gedung KONI dengan gedung Mid Point. Kopdarling ditutup dengan penyerahan buku karya Edo kepada Pak Yani dan Master YJOC Shasya 249. Satu persatu peserta meninggalkan arena kopdarling. (edo)
1 komentar:
Hebat RSA! dan Salut buat bro Edo yang selalu eksis di dunia Otomotif khususnya Roda Dua. Next Kopdar sepertinya saya harus ikut nih!
Salam Road Safety!
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.