Info : Silahkan klik di SINI untuk membaca artikel versi wordpress dari Edo Rusyanto

Rabu, 28 Oktober 2009

Sesaat Ketika Hujan Mengguyur


foto:edo

KEMBALI hujan deras mengguyur aspal. Pilihan logis adalah berteduh. Vixy merah bermandi air dari langit. Aku memilih warung nasi untuk beristirahat, sambil memesan menu ikan mas, tempe bacem, dan sayur. Ditambah segelas teh manis hangat. Lumayan buat mengganjal makan siang.

Hanya ada lima orang di dalam warung berukuran sekitar 4x5 meter itu. Ibu sang pemilik warung sibuk melayani pembeli. Tiga pria dewasa dan seorang ibu.

Di samping ku terlihat sepasang lelaki dan pria asyik menyantap makan siangnya. Sesekali mereka berbincang.

"Eh...tahu gak, sekarang itu belok kiri gak boleh alngsung," seloroh sang pria yang saya taksir berusia tigapuluhan.

"Aku gak tahu," timpal sang wanita, kurang antusias. Sang lelaki menyelesaikan suapan terakhirnya, disusul menyeruput teh manisnya. Ia melanjutkan obrolannya.

"Itu aturan baru yang dibikin polisi," katanya, sambil mengambil tisu.

"Memangnya sudah berlaku," jawab si wanita.

"Kemarin aku lihat di siaran televisi, katanya sudah berlaku. Malahan ada sanksi dendanya loh," jelas si pria dengan nada penuh percaya diri.

Si wanita menatap penuh tanya. Si pria mulai menyulut sebatang rokok putih. Asapnya mengepul. Mengelilingi ruangan warung.

Aku jadi ingat berita tempo hari di televisi. Seorang petinggi kepolisian menjelaskan aturan baru. Undang Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). UU tersebut merevisi UU No 14 tahun 1992 tentang hal yang sama.

Usai menyaksikan tayangan itu aku dan sejumlah teman asyik berdebat layaknya anggota parlemen.

"Wah makin bayak aturan aja. Bukankah aturan belok kiri gak boleh langsung itu malah bikin macet di persimpangan jalan," seloroh seorang teman.

"Gak juga, aturan itu untuk melindungi pengguna jalan dari risiko kecelakaan, khususnya bagi pejalan kaki yang mau menyeberang jalan," sergah kawan yang lain.

Kami pun larut dalam perbincangan, sesekali diselingi canda dan tawa. Tak ada kesimpulan apa-apa kecuali satu hal; jalan raya milik bersama.

Hujan mulai reda. Situasi warung kian sepi. Tersisa dua orang pengunjung. Sepasang pria dan wanita yang tadi asyik ngobrol juga dah melenggang keluar warung. (edo rusyanto)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan sahabat ke blog ini, Silahkan tinggalkan komentar,kritik dan saran dibawah ini. Untuk menghindari SPAM mohon isi kata verifikasi sebelumnya,trims.

Related Posts with Thumbnails
 
Copyright 2009 Edo Rusyanto's Traffic. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan and Arrange by Ian